
Lebih lanjut Neng menjelaskan penelitian yang ia lakukan lebih banyak menjabarkan gerakan perempuan dengan wacana konstruksionisme, meskipun dalam porsi tertentu juga menjabarkan wacana gerakan dengan pola esensialisme. Hasil penelitiannya memperlihatkan terdapat persamaan gerakan perempuan muslim progresif di era Orde Baru (1990-1998) dan di era Reformasi (1998-2010), yakni (1) para aktor gerakan di tahun 1998-2010 hampir secara keseluruhan memiliki keterkaitan dengan aktor dan organisasi gerakan di tahun 1990-1998. Ini artinya wacana dan gerakan kritis yang dibangun sesungguhnya memiliki dampak. Dan (2) ulama dan sarjana pria mempunyai peran sangat penting dan memiliki kontribusi signifikan dalam gerakan perempuan muslim di Era Orde Baru maupun di Era Reformasi. Neng juga berharap disertasinya dapat mengisi kekosongan bagaimana perempuan berkontribusi dalam gerakan dan perubahan sosial.
Sementara Dewi Candraningrum malam itu mengupas disertasi yang ditulis Neng yang juga merupakan perluasan dari tesisnya dengan pendekatan filsafat bahasa. Menurutnya kajian Neng berada dalam pendekatan modernitas yang memuja kategorisasi, klasifikasi dan sistematisasi. Modernitas sendiri mencari kehendak atas kebenaran dengan menempatkan rasio sebagai yang utama. Sehingga pengetahuan perempuan tidak disebut sebagai pengetahuan. Pemikiran modern terus-menerus mengusir perempuan. Karena itu menurut Dewi kebahagian yang kita dapat dari disertasi Neng adalah merawat pengetahuan perempuan. (Anita Dhewy)