
Nani Zulminarni, salah satu pendiri FAMM Indonesia, menyatakan bahwa derasnya arus fundamentalisme agama dan kekerasan telah berdampak pada tertutupnya ruang sipil dan terkikisnya hak asasi manusia. Selain itu, Nani juga mengatakan bahwa maraknya arus fundamentalisme agama telah membuat para aktivis yang bekerja di pedesaan, masyarakat adat, generasi muda, dan LGBT rentan dipinggirkan, dikriminalisasi, dan distigmatisasi. Pada peluncuran buku Solidarity, Safety and Power Young Women Organizing in Indonesia, Nani menyatakan “Buku Solidarity, Safety and Power Young Women Organizing in Indonesia dibuat untuk melatih perempuan muda dalam dunia aktivisme khususnya dalam dunia kepemimpinan” tutur Nani.
Bersamaan dengan kegiatan peluncuran buku Solidarity, Safety and Power Young Women Organizing in Indonesia, JASS Southeast Asia meluncurkan toolkit online yang bernama We Rise. Toolkit online ini dapat dipergunakan untuk membantu aktivis muda dalam mempelajari isu perempuan. JASS Southeast Asia percaya bahwa untuk menciptakan perubahan, kita harus membangun kelompok yang paling berdampak. Melalui We Rise kita dapat mengorganisasi perubahan dengan cara menginformasikan tentang keberadaan dan kerja-kerja kelompok tersebut. Apabila kita mengunjungi laman werisetoolkit.org maka kita akan menemukan empat bagian yang berbeda yaitu:
- Rising Up, kesadaran kritis dan landasan bersama.
- Shaking Up, Strategi, Solusi dan Dampak Berkelanjutan.
- Building Up, Berbagi Isu, Organisasi dan Kepemimpinan.
- Standing Up, mobilisasi, aliansi dan aksi.
We Rise dirancang guna menyatukan gagasan, strategi dan juga pengalaman para aktivis muda dari Asia Pasifik dan Afrika. Dalam era digital ini perputaran arus informasi begitu cepat, JASS Southeast Asia berharap agar We Rise dapat menjadi solusi untuk sejumlah tantangan yang dihadapi oleh para aktivis muda dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Asmida Karim, FAMM Indonesia menyatakan “We Rise bertujuan untuk menguatkan aktivis muda dalam wilayah pekerjaan maupun domestik. Di FAMM Indonesia terdapat isu yang amat beragam, oleh karena itu kami berupaya untuk membagikan pengalaman dan juga kerja yang pernah kami lakukan dalam dunia aktivisme melalui We Rise.” Asmida menegaskan bahwa kapasitas FAMM adalah merawat organisasi akar rumput, solidaritas lintas gerakan, dana aksi dan keamanan kolektif dan itu dapat dilihat sebagai buah dari sebuah investasi jangka panjang dalam kepemimpinan aktivis, dan sebagai batu loncatan untuk melakukan aksi publik dan politik. (Iqraa Runi)