World Wide Web Foundation dan Goethe-Institut menyelenggarakan lokakarya literasi digital untuk perempuan muda pada tanggal 10-12 Juli 2018 di Hotel Morrissey Jakarta. Sebagai tahap pertama proyek tersebut, World Wide Web Foundation, Open Data Labs Jakarta dan Goethe-Institut Indonesien bekerja sama menyelenggarakan lokakarya berjudul "Starting Them Young: Advancing Data Literacy for Girls in Indonesia", yang berfokus pada pengembangan kapasitas literasi digital anak perempuan. Lokakarya tersebut dihadiri oleh 22 siswi kelas 10 dan 11 yang telah diseleksi dari berbagai sekolah di Jakarta, BSD dan Bogor. Selama pelatihan, para peserta memilih satu proyek data terbuka dan mendapat bimbingan dari mentor-mentor yang ahli. Mereka bekerja sama untuk menghasilkan visualisasi, narasi data ataupun produk digital lainnya yang positif. Hasil akhir proyek mereka akan dinilai oleh para juri dan dipilih sebagai pemenang. Program tersebut dilatar belakangi oleh besarnya kesenjangan gender di bidang digital. Berdasarkan laporan utama World Wide Web Foundation yang berjudul "Women's Rights Online", kesenjangan gender di bidang digital cukup signifikan di Indonesia, rata-rata hanya 20% perempuan Indonesia memiliki akses internet, di antara mereka hanya 26% yang mengutarakan pendapat secara daring dan hanya 5% yang mendapatkan informasi di website mengenai hak-hak mereka. Sehingga acara lokakarya tersebut diharapkan dapat memperkuat kapasitas literasi digital perempuan muda dalam melawan kekerasan berbasis gender di duani maya dan melawan konten hoax. Dalam kajian feminis sains dan teknologi, persoalan minimnya representasi perempuan di bidang sains dan teknologi menjadi hal yang digugat. Salah satu argumen Sue V. Rosser misalnya ialah soal pedagogi dan akses terhadap literasi digital yang netral gender. Hari-hari ini teknologi digital telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, mulai dari proses belajar dan mengajar di sekolah hingga hiburan seperti sosial media. Informasi yang dikonsumsi sehari-hari sayangnya masih dibanjiri oleh konten digital yang hoax, bias gender dan memuat kekerasan berbasis gender. Lebih jauh jika meminjam tawaran dari Rosser, justru yang dibutuhkan ialah transformasi pengajaran dan kurikulum yang memiliki perspektif dan keberpihakan. Acara lokakarya yang diinisiasi oleh World Wide Web Foundation, Goethe-Institut Indonesien, dan Open Data Labs Jakarta berusaha mengisi kekosongan ruang dan konten digital dengan memberikan pengajaran dan akses pertama-tama pada anak perempuan. Anak perempuan bukan hanya objek tapi juga subjek digital. Menariknya, tidak berhenti pada soal representasi dan pedagogi, para feminis sains dan teknologi juga mendorong lahirnya sains dan teknologi yang feminis, artinya dengan masuknya para perempuan pada ruang-ruang sains dan teknologi perlu ada perubahan atas citra teknologi yang maskulin dan atau merusak. Perempuan perlu memahami hal-hal yang dibutuhkan untuk juga mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di ruang digital. Hal ini hanya memungkinkan jika perempuan dan anak perempuan memiliki kesadaran akan nilai-nilai keadilan gender itu sendiri. Sehingga keterbukaan informasi, keterbukaan data, dan era revolusi industri 4.0 dapat memberikan harapan baru bagi keadilan digital yang lebih inklusif. (Andi Misbahul Pratiwi) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |