
Hilmar menceritakan mengenai salah satu penelitian koleganya yang membahas mengenai perbandingan penyebaran HIV di Papua dengan penyebaran HIV di Jakarta. Penyebaran HIV di Papua, sekitar 98,7 persennya disebabkan oleh hubungan seksual bukan karena transfusi darah dan jarum suntik seperti yang terjadi di Jakarta. Di Jakarta, tingkat penggunaan kondom rendah dan ini menunjukkan bahwa tingkat negosiasi perempuan rendah serta menjadi contoh nyata dari adanya ketimpangan kekuasaan. Hubungan seksual yang tidak aman seperti yang terjadi di Papua sesungguhnya bukan berpangkal pada moral melainkan pada power atau kekuasaan. UNICEF pernah mengadakan kampanye HIV/AIDS di Papua. UNICEF membuat riset mengenai seberapa jauh kampanye ini masuk ke masyarakat. Hasilnya cukup menakjubkan, hampir semua orang tahu mengenai adanya kampanye HIV/AIDS dan sebagian besar dari mereka memahami penyebab serta dampak dari HIV/AIDS. Menurut Hilmar, jelas persoalannya bukan karena kurangnya penyebaran informasi tetapi justru karena adanya ketimpangan power atau kekuasaan.
Hilmar memberikan tiga solusi dasar untuk masalah HIV/AIDS di Papua. Pertama dan yang paling utama adalah HIV/AIDS harus dipandang sebagai masalah kesehatan seperti halnya penyakit pada umumnya (meskipun obat bagi HIV/AIDS belum ditemukan). Flu adalah penyakit mematikan pada tahun 1918 ketika orang-orang belum menemukan solusi bagi epidemik tersebut. Kedua, kita harus menyadari pentingnya bukti dan pengetahuan. Ketika masalah sudah jelas, baru dapat dipikirkan apa solusinya. Seperti yang telah ditekankan berulang kali oleh Hilmar, paradigma moral jelas tidak dan gagal menyelesaikan masalah HIV/AIDS di Papua. Terakhir adalah apa yang disebut dengan kategori care. Care dalam bahasa Indonesia sering diasosiasikan dengan perhatian, kasih sayang, dan sebagainya. Di masa seperti ini ketika manusia mudah gelisah dan takut akan banyak hal, kategori care adalah kategori yang penting namun justru sering diabaikan. Jika kategori ini menjadi dasar manusia untuk memahami masalah politik ekonomi maka kiranya manusia akan mendapatkan bayangan tentang masalah yang dihadapi dengan lebih jelas dan dapat menemukan solusi yang konkret, demikian menurut Hilmar. (Johanna Poerba)