Fenomena hoax tidak dapat dielakkan seiring berkembangnya teknologi dan penggunaan media sosial oleh hampir seluruh elemen masyarakat. Disadari atau tidak, hadirnya fenomena hoax telah melemahkan kemampuan masyarakat untuk berpikir kritis dan melakukan pengecekan ulang atas fakta dan kebenaran yang sesungguhnya terjadi. Hoax merupakan turunan dari post-truth yang berusaha untuk memuaskan apa yang diyakini oleh masyarakat. Post-truth sendiri menurut J.A. Liorente adalah iklim sosial politik dimana objektivitas dan rasionalitas membiarkan emosi/hasrat memihak pada keyakinan meski fakta memperlihatkan hal yang berbeda. Dalam era post-truth, keyakinan pribadi memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding logika dan fakta. Post-truth berkembang pesat di masyarakat informasi yang mengalami ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap politik. Apa yang terjadi dalam post-truth adalah relativisasi kebenaran dengan objektivitas data, dramatisasi pesan jauh lebih penting daripada isi pesan itu sendiri. Dalam era post-truth, narasi selalu mengalami kemenangan mutlak terhadap data atas fakta yang ada, maka sangat perlu dilakukan fact-checking atau pemeriksaan terhadap suatu fakta. Penjelasan singkat di atas mengenai post-truth merupakan materi yang disampaikan oleh Dr. Haryatmoko, pengajar Universitas Sanata Dharma dan Universitas Indonesia, kepada peserta Kajian Filsafat dan Feminisme (KAFFE) di kantor Jurnal Perempuan, Kamis (22/3). Lebih lanjut Haryatmoko menyampaikan bahwa jurnalisme memiliki peran penting untuk melawan post-truth, yakni jurnalisme baru yang berfokus pada verifikasi data serta melakukan pemeriksaan data secara sistematik. Jurnalisme dan etika komunikasi, menurut Haryatmoko, harus bekerja sama untuk mengedepankan cerita yang benar dan sesuai fakta yang mampu mengendalikan sentimentalisme serta menundukkan insting buruk agar nalar lebih dihargai daripada emosi yang kasar. Materi yang disampaikan oleh Dr. Haryatmoko dengan judul “Era Post-Truth: Hoax, Disinformasi, dan Emosi Sosial” merupakan bagian dari program Kajian Filsafat dan Feminisme (KAFFE) yang diselenggarakan oleh Jurnal Perempuan. Program KAFFE ke-10 kali ini mengangkat tema “Post-Truth” dengan menghadirkan Dr. Haryatmoko, Rocky Gerung, dan Atnike Sigiro sebagai pengajar. (Bella Sandiata) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |