Selasa (30/09/2014) dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Jejer Wadon bekerjasama dengan LPH YAPHI bertema ”Perempuan dalam Politik Massa: Generasi 65, 98 dan Reformasi”, Mbah Arjo Sutiyem, aktivis perempuan ’65 yang kini berusia 94 tahun mengingatkan kita akan gigihnya perjuangan perempuan pada masanya dalam memperjuangkan hak-haknya. Dalam penuturannya saat beliau aktif dalam organisasi Gerakan Wanita Indonesia Sedar (GERWIS), perempuan disadarkan akan hak-haknya dan diajak untuk menentang perilaku poligami yang dilakukan oleh kaum laki-laki, yang pada waktu itu dalam satu dusun terdapat minimal 10 orang laki-laki yang melakukan poligami. Selain itu para perempuan juga menentang poliandri dan kemudian menuntut kesamaan hak waris antara perempuan dan laki-laki. Tumbuhnya kesadaran perempuan di tahun 1954 menjadikan organisasi perempuan yang awalnya bernama GERWIS berubah menjadi GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia) yang mana isu yang diperjuangkan adalah kesetaraan dan pemberantasan buta huruf. Hanya saja pasca peralihan kepemimpinan dari orde lama ke orde baru menjadikan gerakan perempuan dimusnahkan sampai ke akar-akarnya hingga sampai pada penghilangan fakta sejarah. Selama 32 tahun orde baru memimpin, rezim ini menjadikan para perempuan terkungkung dalam wilayah domestik yang sibuk dengan urusan memasak, merawat anak, melahirkan dan memenuhi kebutuhan seksual laki-laki. Keotoriteran orde baru akhirnya menjadi masalah baru bangsa ini hingga pada akhirnya Soeharto ditumbangkan oleh kaum muda pada tahun 1998. Tumbangnya orde baru memunculkan banyak organisasi-organisasi perempuan di masyarakat. Hanya saja menurut aktivis 98 yang juga menjadi narasumber, Vera Kartika Giantari, organisasi-organisasi yang bermunculan tidak diiringi dengan pendidikan politik bagi perempuan atau masyarakat sehingga gerakan perempuan sekarang kurang mengakar bahkan menjadi tidak jelas seakan-akan jalan sendiri-sendiri sesuai dengan isu yang dibawa organisasinya. Hal tersebut diperburuk dengan situasi sosial budaya yang saat ini tidak mendukung masyarakat. Angela Merici Sarniyati, Ketua PMKRI Solo yang juga menjadi narasumber menyampaikan bahwa generasi muda saat ini cenderung apatis dengan masalah-masalah sosial. Ia juga menuturkan bahwa hal tersebut terlihat dari banyaknya teman-temannya yang selalu sibuk dengan nilai-nilai di bangku kuliah, bersenang-senang untuk karaoke, main biliar, sibuk dengan urusan percintaan dan lain sebagainya. Lebih jauh ia berpendapat bahwa terjadi proses penghilangan sejarah bangsa ini. Selain itu menurutnya generasi yang ada saat ini adalah produk generasi warisan orde baru yang sangat sulit dibongkar pemikirannya. (Yuliana Paramayana)
0 Comments
Leave a Reply. |
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |