Yayasan Jurnal Perempuan menyelenggarakan Gathering Sahabat Jurnal Perempuan ke-XI di kediaman Fasli Jalal. Acara Gathering kali ini bertema “Peluang Peningkatan Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan dalam Memanfaatkan Bonus Demografi”. Fasli Jalal selaku tuan rumah juga memberikan sambutan dan memaparkan materinya mengenai bonus demografi dan indeks ketimpangan gender di Indonesia. Fasli Jalal menjelaskan bahwa bonus demografi terjadi karena peningkatan usia produktif akibat penurunan kelahiran yang dalam jangka panjang sehingga menurunkan proporsi penduduk muda yang memungkinkan investasi untuk pemenuhan kebutuhannya berkurang dan sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. “Indonesia termasuk satu dari tiga negara ASEAN dengan Indeks Ketimpangan atau Ketidaksetaraan Gender (IKG) yang tinggi, meskipun telah melaksanakan berbagai program kesetaraan gender”, papar Fasli. Dalam presentasinya Fasli Jalal menyajikan data yang merupakan representasi realitas di lapangan. Berdasarkan proyeksi 2010-2035, bonus demografi sudah dimulai sejak tahun 2012 dan titik terendah rasio ketergantungan terjadi pada tahun 2028-2031. Fasli menjelaskan bahwa bonus demografi bisa di manfaatkan dengan memperhatikan beberapa hal seperti, 1) Pekerja sehat produktif dimulai dari kecukupan pangan, gizi dan Kespro, 2) Peningkatan peluang kerja perempuan dan tabungan, 3) Kebijakan ekonomi kondusif untuk penciptaan lapangan kerja dan kredit mikro. Menurut Fasli permasalahan ketidaksetaraan gender berada diberbagai bidang. Di bidang pendidikan, permasalahan gender antara lain ditunjukkan oleh Perbedaan partisipasi pendidikan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Di bidang kesehatan Status kesehatan ibu yang belum memperlihatkan kemajuan yang berarti. Angka kematian ibu (AKI) melahirkan masih sebesar 346 per 100.000 kelahiran hidup. Kondisi ini masih jauh dari target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Di bidang ketenagakerjaan, permasalahan gendernya antara lain adalah perbedaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) antara perempuan dan laki-laki yang cukup besar dari tahun ke tahun. TPAK perempuan menurun lebih besar dibanding TPAK laki-laki, yaitu dari 51,76 pada tahun 2010 menjadi 50,28 pada tahun 2013 sementara TPAK laki-laki menurun dari 83,76 menjadi 83,58. Kemudian masih terdapat perbedaan rata-rata pendapatan per bulan antara pekerja perempuan dan laki-laki. Upah atau pendapatan pekerja perempuan jauh lebih rendah dari laki-laki secara rata-rata, yaitu Rp 1,427 juta untuk perempuan dan Rp 1,795 juta untuk laki-laki pada tahun 2013. Pekerja perempuan banyak yang berstatus pekerja tidak dibayar seperti ibu rumah tangga atau membantu orang lain berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, yaitu sekitar 30,83 persen. (Andi Misbahul Pratiwi) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |