Dewi Candraningrum: Kampanye Sosial tentang Pemasungan Orang dengan Gangguan Jiwa Penting Dilakukan2/4/2016
Menanggapi keprihatinan atas maraknya dan tingginya angka pemasungan terhadap difabel skizofrenia atau psikososial, biasa disebut Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), Dewi Candraningrum, pemimpin redaksi Jurnal Perempuan mengatakan bahwa penting bagi kita untuk terus melakukan kampanye sosial. “Orang dengan gangguan jiwa, anak dengan autisme, serta anak difabel lainnya berbeda dengan anak-anak ‘normal’. Siapapun Anda perlu membukakan pintu untuk mereka,” ujar Dewi Candraningrum. Bercerita tentang pengalamannya sebagai ibu dari seorang anak dengan autisme, Dewi Candraningrum mengatakan bahwa dirinya banyak melakukan trial and error dan tidak pernah berputus asa. “Anak saya minta dibelikan piano. Setiap hari selama tiga bulan saya ajari sampai lancar. Anak saya belajarnya secara visual, dia lebih terampil membaca not balok daripada a,b,c,d,”imbuh Dewi Candraningrum dalam diskusi memperingati Hari Perempuan Internasional yang diselenggarakan oleh Komunitas Jejer Wadon bersama Silent Tears Australia dan didukung The Sunan Hotel, Minggu (27/3). Acara yang bertajuk “Saatnya Perempuan Difabel Bicara” menghadirkan pula dua pembicara, Denise Beckwith dan Belinda Mason dari Silent Tears Australia. Denise Beckwith mengatakan bahwa difabel tergantung dengan keluarga dan orang tuanya. Dia diajarkan oleh keluarganya dengan filosofi baru dan bisa hidup seperti yang lain. “Difabel di sini (Indonesia-red) dipandang hal yang memalukan. Saya dan Belinda beruntung sebagai seorang difabel dewasa bahwa keluargalah yang harus berjuang bahwa anaknya memiliki difabilitas. Ini lebih pada penerimaan keluarga,” jelas Denise Beckwith. “Ini hari ketiga kami belajar tentang inklusivitas yang berawal dari pemberdayaan masyarakat. Ini menarik untuk saya sebagai seorang difabel dan bekerja untuk advokasi difabel. Hal terpenting dalam kerja hari ini adalah bagaimana orang-orang bekerja untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada,” kata Belinda Mason. Utami, perempuan difabel pegiat Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Solo berbagi pengalaman hidupnya. “Dulu waktu kecil saya diasingkan oleh orang tua. Mungkin orang tua saya malu, lalu saya disekolahkan di Yogya. Setelah mengenal penerjemah, orangtua saya mulai percaya. Anggapan awam, tuli itu bodoh. Padahal tuli itu bisa melukis, memasak dan pekerjaan apa saja asal ada kesempatan. Anggapan masyarakat masih melekat. Stigma difabel masih menguat. Difabel masih dianggap ‘aib’,” ungkap Utami. Menyinggung tentang kebijakan, Denise Beckwith menambahkan bahwa Australia memiliki sistem kebijakan yang bagus, “Sistem ini saya tidak menyangkal. Indonesia punya cara lain dengan dukungan dari komunitas-komunitas. Menjadi modal yang besar untuk menyuarakan kebutuhan yang besar. Komunitas akan lebih kuat. Sistem kebijakan yang bagus harus dimiliki. Indonesia sedang menyesuaikan cara pandang menjadi inklusi,” terang Denise. Dewi Candraningrum yang pernah tinggal dua tahun di Australia bersama anak dengan autisme membenarkan bahwa dukungan negara (komunitas) di Indonesia tidak sama dengan di Australia. “Saya bisa memahami bahwa orangtua di sini “sendiri”. Karena jaring sosial tidak seperti negara-negara maju. Saya hanya mampu membandingkan dengan keponakan, misal kalau lebaran tiba, bahwa tidak akan ada makanan dengan gula, tepung, karena kalau tantrum bisa dua jam lebih. Saya dan keluarga bergaya hidup orang desa yang tidak pernah jajan. Orang dengan difabilitas itu kondisional, kita orang tua menyesuaikan.” Acara diskusi yang dimoderatori oleh Fanny Chotimah dan dihadiri oleh para pegiat difabel, perempuan dan anak serta kepemudaan dan lintas agama tersebut difasilitasi oleh The Sunan Hotel dengan program CSR. Retno Wulandari, selaku general manager The Sunan Hotel mengatakan bahwa pihaknya tidak hanya berpikir tentang keuntungan saja tetapi juga dampak sosial. “Acara seperti ini bisa menjadi edukasi publik,” pungkas Retno Wulandari. (Astuti Parengkuh) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |