*Tulisan ini dimuat dalam Kata Makna JP edisi 107 Perempuan dan Pandemi Covid-19 di Indonesia Berbagai upaya pencegahan dan pengobatan untuk menghadang virus Covid-19 hingga saat ini masih terus dicari. Ahli kesehatan di seluruh dunia memprediksi hanya vaksin baru yang bisa mengatasi pandemi Covid-19. Prediksi tersebut didasari pada fakta bahwa vaksin telah digunakan untuk mengatasi virus telah dilakukan oleh manusia sejak awal penemuan vaksin. Perkembangan teknologi vaksin juga ditorehkan oleh kaum perempuan, namun masih sedikit mendapat perhatian dalam catatan sejarah maupun ilmu pengetahuan. Vaksin secara etimologi (asal usul kata) berasal dari bahasa Latin “Vacca” yang berarti sapi. Ini ada kaitan dengan konteks penemuan metode pengobatan yang baru oleh penemu vaksin yang bernama Edward Jenner. Saat itu Jenner secara tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis pemerah susu sapi (dairymaid) yang mengeluhkan ada semacam ruam di tangannya. Edward kemudian melakukan uji coba kepada seorang anak laki-laki dengan melakukan metode inokulasi yang saat itu memang lagi berkembang di Inggris. Dari percobaan eksperimen tersebut, kemudian Edward Jenner menemukan metode baru pengobatan yang saat ini kita kenal dengan nama vaksin.
Tetapi penemuan vaksin oleh Jenner tersebut tak bisa lepas dari perkembangan metode pengobatan inokulasi yang saat itu dipakai untuk mengobati epidemi penyakit cacar yang tengah melanda Eropa. Pengobatan inokulasi adalah pengobatan yang dilakukan dengan memindahkan virus dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan imunitas tertentu. Inokulasi sebenarnya adalah praktik pengobatan yang telah lama digunakan oleh masyarakat kuno di beberapa wilayah seperti Cina, India, Turki, Yunani. Metode inokulasi baru mendapat perhatian dari kalangan intelektual Eropa, ketika seorang perempuan bangsawan Inggris yang bernama Lady Mary Montagu berhasil membuktikan metode inokulasi kepada anaknya yang bisa selamat dari serangan penyakit cacar. Pada awalnya kalangan intelektual dan medis di Inggris tidak menghiraukan kampanye metode inokulasi dari Montagu. Pertama, karena ia bukan ilmuwan atau ahli medis. Kedua, ada sikap seksis dari kaum terpelajar di Inggris saat itu (kebanyakan laki-laki) yang meremehkan pendapat dari seorang perempuan seperti Montagu. Ketiga, kalangan intelektual Inggris bersikap orientalis dengan meragukan metode pengobatan inokulasi yang berasal dari dunia Timur yang dianggap terbelakang. Setelah eksperimen inokulasi terhadap anak Montagu berhasil, Royal Society (organisasi intelektual kenamaan di Inggris) mulai mempelajari dan mengembangkan metode inokulasi. Akhirnya Edward Jenner berhasil menemukan vaksin sebagai metode yang lebih efektif daripada inokulasi dalam pengobatan epidemi cacar. Penemuan vaksin yang merupakan revolusi medis tak bisa dilepaskan dari peran Montagu yang begitu gigih meyakinkan kalangan terpelajar untuk membuka diri terhadap metode pengobatan lain yang berasal dari dunia timur. Montagu telah membuka jalan bagi kaum perempuan lainnya untuk terlibat lebih jauh dalam pengembangan vaksin-vaksin berikutnya. Setidaknya ada 7 perempuan yang berjasa dalam penemuan vaksin-vaksin, yang dapat dilihat dalam tabel berikut. Comments are closed.
|
AuthorFeminis muda Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
September 2021
Categories |