Siti Khadijah Nasution: Utamakan Nilai Positif yang Mendamaikan
Jurnal Perempuan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Politik, Agama dan Status Perempuan”, bertempat di kantor Jurnal Perempuan pada hari Selasa, 1 Juli 2014. Diskusi dihadiri oleh perwakilan lembaga, tokoh masyarakat serta akademisi yang memiliki perhatian tinggi terhadap isu perempuan, politik dan agama. Diskusi dibagi ke dalam dua sesi yang masing-masing berlangsung dua jam. Sesi pertama, fokus diskusi berangkat dari hasil pengamatan hasil pemilu legislatif April 2014, dengan data riset JP edisi 81 bertema “Perempuan Politisi”. Pada sesi ini dibahas bagaimana relasi agama dan politik serta turunannya terkait dengan fenomena agama dalam praktik berpolitik di Indonesia. Sesi kedua membahas visi misi dan program calon presiden RI menjelang pilpres 2014 terkait dengan isu perempuan dan gender. Acara diskusi dilanjutkan dengan buka puasa bersama.
Dalam acara tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) diwakili oleh Siti Khadijah Nasution, akrab dipanggil Bu Mimi. Dalam kapasitasnya sebagai staf khusus bidang agama pada Kementerian PPPA, berpendapat bahwa agama dan politik tidak bisa dipisahkan. Dari segi Islam, Rasulullah dianggap guru kebenaran dan pemimpin negara. Di negara Pancasila, pemisahan agama dan negara tidak dipertajam. Nilai–nilai agama menjadi roh politik. Salah satu aktualisasi terbaik misalnya dilakukan lewat penegakan hukum.
Menyoroti mandegnya RUU Kesetaraan Gender, Mimi menyatakan bahwa KPPA terus aktif mengawal proses pengesahan oleh DPR. Peran serta masyarakat sipil sangat diperlukan. Tim KPPPA juga berusaha memperjuangkan agar perda diskriminatif terhadap perempuan bisa direvisi. Oleh karena itu, kampanye penyadaran kesetaraan perempuan perlu dilakukan ke setiap daerah. Secara pribadi, Mimi berharap agar Jurnal Perempuan berperan dalam mengangkat narasi positif terkait agama, politik dan perempuan. Sebagai media yang dijadikan rujukan kaum intelektual, Jurnal Perempuan perlu menarasikan wacana positif tersebut. Hal tersebut sejalan dengan mandat agama dan politik yang memiliki tujuan untuk mencapai kebaikan dan keadilan umat. (Nataresmi)
Dalam acara tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) diwakili oleh Siti Khadijah Nasution, akrab dipanggil Bu Mimi. Dalam kapasitasnya sebagai staf khusus bidang agama pada Kementerian PPPA, berpendapat bahwa agama dan politik tidak bisa dipisahkan. Dari segi Islam, Rasulullah dianggap guru kebenaran dan pemimpin negara. Di negara Pancasila, pemisahan agama dan negara tidak dipertajam. Nilai–nilai agama menjadi roh politik. Salah satu aktualisasi terbaik misalnya dilakukan lewat penegakan hukum.
Menyoroti mandegnya RUU Kesetaraan Gender, Mimi menyatakan bahwa KPPA terus aktif mengawal proses pengesahan oleh DPR. Peran serta masyarakat sipil sangat diperlukan. Tim KPPPA juga berusaha memperjuangkan agar perda diskriminatif terhadap perempuan bisa direvisi. Oleh karena itu, kampanye penyadaran kesetaraan perempuan perlu dilakukan ke setiap daerah. Secara pribadi, Mimi berharap agar Jurnal Perempuan berperan dalam mengangkat narasi positif terkait agama, politik dan perempuan. Sebagai media yang dijadikan rujukan kaum intelektual, Jurnal Perempuan perlu menarasikan wacana positif tersebut. Hal tersebut sejalan dengan mandat agama dan politik yang memiliki tujuan untuk mencapai kebaikan dan keadilan umat. (Nataresmi)