Perempuan dan Tenun Ikat Flores
Tenun ikat merupakan warisan budaya Indonesia yang harus kita jaga kelestariannya, dan hampir semua daerah di Indonesia mempunyai hasil tenun ikat yang berbeda corak dan gaya, serta mempunyai arti dan filosofi tersendiri di setiap daerahnya. Salah satu contoh hasil tenun ikat tertua di Indonesia dan mempunyai arti serta filosofi yang tinggi adalah tenun ikat Flores dari Nusa Tenggara Timur. Tenun ikat yang sudah berusia ratusan tahun ini sudah mencapai 245 motif sampai sekarang, dan malah sudah ada beberapa motif yang punah atau hilang.
Tenun ikat bagi kaum perempuan di Flores khususnya, dan Nusa Tenggara Timur umumnya, mempunyai makna tradisi bahwa seorang perempuan Flores sudah dapat dikatakan dewasa dan boleh menikah adalah apabila sudah pandai atau bisa menenun dengan baik, karena menenun itu membutuhkan waktu yang lama dan penuh kesabaran. Disitulah kedewasan dan kesabaran perempuan dinilai.
Bagi perempuan Flores, menenun juga merupakan harga diri dan harkat perempuan, karena menenun menjadi bekal wajib keterampilan bagi perempuan. Selain untuk membantu suami mereka secara finansial, tenun ikat juga dijadikan sebagai mas kawin perempuan (dori). Jadi perempuan menenun di Flores bukan hanya menghasilkan produk kerajinan yang dapat membantu mereka secara ekonomi, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap diri serta harkat dan martabatnya. Adalah seorang perempuan bernama Alfonsa Horeng yang dengan ketekunan dan kecintaannya terhadap tenun Flores, berhasil membangkitan tenun ikat di daerahnya hingga terkenal ke luar negeri. Di luar makna tradisi Flores tentang perempuan dengan nilai kedewasaannya, ikat tenun dapat membantu perempuan secara ekonomi, serta membuat mereka menjadi produktif dan berguna bagi lingkungannya.
(Disarikan Oleh Hasan Ramadhan dari Media Indonesia, Kamis 27 Juni 2013)
Jurnal Perempuan memiliki Bundel Kliping setiap bulan dari berbagai surat kabar. Kliping ini berisi tentang isu-isu perempuan yang telah kami kategorisasi. Apabila Anda berminat dengan Kliping kami silakan hubungi: [email protected] atau 021 – 8370 2005
Tenun ikat bagi kaum perempuan di Flores khususnya, dan Nusa Tenggara Timur umumnya, mempunyai makna tradisi bahwa seorang perempuan Flores sudah dapat dikatakan dewasa dan boleh menikah adalah apabila sudah pandai atau bisa menenun dengan baik, karena menenun itu membutuhkan waktu yang lama dan penuh kesabaran. Disitulah kedewasan dan kesabaran perempuan dinilai.
Bagi perempuan Flores, menenun juga merupakan harga diri dan harkat perempuan, karena menenun menjadi bekal wajib keterampilan bagi perempuan. Selain untuk membantu suami mereka secara finansial, tenun ikat juga dijadikan sebagai mas kawin perempuan (dori). Jadi perempuan menenun di Flores bukan hanya menghasilkan produk kerajinan yang dapat membantu mereka secara ekonomi, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap diri serta harkat dan martabatnya. Adalah seorang perempuan bernama Alfonsa Horeng yang dengan ketekunan dan kecintaannya terhadap tenun Flores, berhasil membangkitan tenun ikat di daerahnya hingga terkenal ke luar negeri. Di luar makna tradisi Flores tentang perempuan dengan nilai kedewasaannya, ikat tenun dapat membantu perempuan secara ekonomi, serta membuat mereka menjadi produktif dan berguna bagi lingkungannya.
(Disarikan Oleh Hasan Ramadhan dari Media Indonesia, Kamis 27 Juni 2013)
Jurnal Perempuan memiliki Bundel Kliping setiap bulan dari berbagai surat kabar. Kliping ini berisi tentang isu-isu perempuan yang telah kami kategorisasi. Apabila Anda berminat dengan Kliping kami silakan hubungi: [email protected] atau 021 – 8370 2005
hidupkan_kembali_budaya_tenun_ikat_flores.pdf | |
File Size: | 4851 kb |
File Type: |