Grace M. Tarjoto, Perempuan yang Memberdayakan Petani Beras Merah
Grace M. Tarjoto, perempuan Filipina Selatan yang kemudian menjadi warga negara Indonesia pada awalnya datang ke Jatiluwih untuk membeli tanah dan membuat usaha sampingan. Pada tahun 2000, petani beras merah di kawasan Jatiluwih, Tabanan, Bali, kerap membakar dan menjadikan hasil panen yang
menumpuk di lumbung sebagai makanan ternak agar panenan yang baru bisa tertampung. Hal ini terjadi karena beras merah kurang populer dan sempat tidak
laku di pasaran. Padahal, di kota besar dan di luar negeri, harga beras merah cukup mahal. Keprihatinan Grace membuatnya memutuskan untuk menetap di Jatiluwih bersama suaminya untuk memberdayakan para petani dengan membentuk koperasi Kelompok Tani Beras Merah Organik Jatiluwih.
Sebagai Sarjana Kimia yang memiliki komitmen untuk menjaga ekosistem, Grace sangat menikmati perannya dalam pemberdayaan petani beras merah di Jatiluwih apalagi karena petani tidak memakai pestisida atau pupuk kimia yang mengganggu kestabilan ekosistem dan tanah. Tanah pertaniannya juga memiliki sumber air yang sangat baik dari gunung yang mengelilinginya dan dikelola dengan sistem perairan yang tradisional. Grace dan suaminya berhasil memberdayakan 40 petani yang mengerjakan 24 hektar sawah beras merah dengan membeli gabah kering dari petani senilai Rp9.000 per kg, padahal harga
yang ditawarkan pemerintah hanya Rp700 per kg. Hasil olahan gabah dari kelompok tani tersebut kemudian dipasarkan ke Jakarta dan Filipina, juga beberapa daerah di luar negeri.
Kepekaan perempuan terhadap nasib petani juga ekosistem lahan pertanian, yang direpresentasikan oleh Grace, telah membantu menaikkan taraf hidup para petani dan mendukung kelestarian ekosistem di Jatiluwih.
(Ditulis oleh Khanifah, disarikan dari Media Indonesia, Senin, 23 Juli 2012)