Nazmiyah Sayuti: "Kekerasan Berbasis Gender dan Agenda Pembangunan Post-2015
Senin (26/5) bertempat di Hotel Akmani Jakarta, United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bersama pemangku kepentingan di sektor organisasi sipil (LSM). Diskusi yang menjadi bagian dari Post-2015 Development Agenda ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perempuan dan anak muda. Jurnal Perempuan yang diwakili oleh Direktur Eksekutif Nazmiyah Sayuti, menjadi salah satu lembaga yang terlibat sebagai peserta dari kelompok perempuan bersama sekitar 30 peserta lain.
Selama sekitar tiga jam para peserta berdiskusi dan memberi masukan berdasarkan empat pertanyaan panduan yang diajukan. Salah satu pertanyaan yang dibahas adalah isu apa yang pada 2016-2020 nanti harus diprioritaskan. Menurut sejumlah peserta, isu yang harus menjadi prioritas salah satunya adalah isu kekerasan berbasis gender (gender based violence). Terkait hal ini Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan Nazmiyah Sayuti berpandangan bahwa jika UN dan Indonesia mengadopsi disaster management dan climate change sebagai bagian dari kebijakan, maka ada baiknya gender based violence dilihat dalam perspektif disaster management, sebagai bencana yang dibuat manusia. Dengan mengubah perspektif kita terhadap kekerasan berbasis gender sebagai “bencana”, maka akan memunculkan sense of crisis, sehingga kita dapat mengupayakan langkah yang lebih sistematis dan terstruktur dalam upaya mengurangi bahkan menghapus kekerasan berbasis gender, seperti halnya dalam pengelolaan pengurangan risiko bencana. Seperti diketahui ada lima tahap dalam pengelolaan pengurangan risiko bencana, yaitu adaptasi, mitigasi, emergency response, rehabilitasi dan recovery. (redaksi-JP)
Selama sekitar tiga jam para peserta berdiskusi dan memberi masukan berdasarkan empat pertanyaan panduan yang diajukan. Salah satu pertanyaan yang dibahas adalah isu apa yang pada 2016-2020 nanti harus diprioritaskan. Menurut sejumlah peserta, isu yang harus menjadi prioritas salah satunya adalah isu kekerasan berbasis gender (gender based violence). Terkait hal ini Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan Nazmiyah Sayuti berpandangan bahwa jika UN dan Indonesia mengadopsi disaster management dan climate change sebagai bagian dari kebijakan, maka ada baiknya gender based violence dilihat dalam perspektif disaster management, sebagai bencana yang dibuat manusia. Dengan mengubah perspektif kita terhadap kekerasan berbasis gender sebagai “bencana”, maka akan memunculkan sense of crisis, sehingga kita dapat mengupayakan langkah yang lebih sistematis dan terstruktur dalam upaya mengurangi bahkan menghapus kekerasan berbasis gender, seperti halnya dalam pengelolaan pengurangan risiko bencana. Seperti diketahui ada lima tahap dalam pengelolaan pengurangan risiko bencana, yaitu adaptasi, mitigasi, emergency response, rehabilitasi dan recovery. (redaksi-JP)