Merajut Kehangatan, Meniti Mimpi Bersama: Untuk Pencerahan dan Kesetaraan
(Sahabat Jurnal Perempuan Gathering Ke-4 dan Perayaan Ulang Tahun Ke-17 Jurnal Perempuan)
“Selamat ulang tahun Jurnal Perempuan. 17 tahun tentu bukan hal yang mudah untuk tetap berdiri di atas idealisme guna memperjuangan hak-hak perempuan Indonesia.”
Demikian pertanyaan Ibu Linda Amalia Sari Gumelar, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, dalam acara Sahabat Jurnal Perempuan Gathering ke-4 di kediamannya. Hari itu merupakan momentum spesial tak hanya karena pertama kalinya Sahabat Jurnal Perempuan Gathering mengusung konsep acara buka puasa bersama, tetapi juga karena bertepatan dengan hari jadi Jurnal Perempuan yang ke-17.
Acara yang diselenggarakan pada Kamis, 25 Juli 2013 lalu, mengusung tema “Perempuan dan Tata Pemerintahan”. Mariana Amiruddin, selaku Direktur Eksekutif sekaligus Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan dalam kesempatannya memberi sambutan, juga membacakan pidato dari Gadis Arivia Pendiri Yayasan Jurnal Perempuan tentang perjalanan Jurnal Perempuan. Kemudian Deedee Achriani, Wakil Direktur Jurnal Perempuan, menyajikan data jumlah Sahabat Jurnal Perempuan, yang kini mencapai angka 382 individu dan satu perusahaan. Sahabat Jurnal Perempuan merupakan gerakan untuk mendukung penerbitan Jurnal Perempuan, yang dibentuk tahun 2008. Tahun ini, Jurnal Perempuan meluncurkan sebuah program baru, yakni Beasiswa Jurnal Perempuan guna membantu kesetaraan perempuan Indonesia dalam mengakses pendidikan.
Pada diskusi kali itu, Ibu Linda Amalia Sari memaparkan berbagai upaya yang telah dilakukan dan kendala yang dialami oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) dalam sekitar empat tahun kebelakang. Diketahuilah bahwa dari tiga poin pengarusutamaan yang diusung oleh pemerintah, hanya dua diantaranya yang sering digaungkan baik di masyarakat maupun dalam rapat-rapat terkait tata kelola pemerintahan RI, yakni pengarusutamaan reformasi birokrasi dan pembangunan berkelanjutan. Pengarusutamaan gender, sebagai fokus KPP-PA belum menjadi fokus gerakan bersama, walau nyatanya telah didorong melalui ratifikasi dari berbagai kebijakan internasional. Hal ini, menurut Ibu Linda Amalia Sari, menunjukkan bahwa isu perempuan belum terlalu populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Selama ini, KPP-PA telah mendorong upaya pengarusutamaan gender di pemerintahan sendiri, yakni dengan mengadvokasi diaplikasikannya anggaran responsif gender di setiap instansi pemerintahan, baik pusat maupun daerah. Hingga kini, setidaknya telah tercatat ada empat kementerian dan sepuluh provinsi di Indonesia yang mengaplikasikan anggaran responsif gender. Hal lainnya yang telah dilakukan KPP-PA guna meningkatkan kesadaran pemerintah akan pentingnya pengarusutamaan gender adalah dengan mengupayakan keseimbangan jumlah pegawai atau pejabat perempuan dan laki-laki di lembaga-lembaga pemerintahan.
Sayangnya semangat pengarusutamaan gender tidak dapat berjalan optimal, mengingat tupoksi (tugas pokok dan fungsi) dari KPP-PA hanya terbatas pada lingkup advokasi dan sosialisasi, tidak pada aspek implementasi kebijakan. Kendala lainnya yang dihadapi oleh KPP-PA adalah pergantian pejabat yang dirasa sangat cepat, beberapa penempatan SDM yang tidak berdasarkan keahliannya, serta perubahan beberapa nomenklatur terkait anak dan perempuan. Dengan ini, Ibu Linda Amalia Sari Gumelar berharap pengarusutamaan gender tak hanya digaungkan oleh KPP-PA tetapi juga didukung oleh pemerintah serta masyarakat umum, serta LSM-LSM yang berfokus pada isu perempuan pada khususnya.
Setelah sesi sharing dari Ibu Linda Amalia Sari Gumelar, diskusi kali itu membuka sesi pertanyaan yang hanya dapat menampung tiga penanya, mengingat akan adanya tausiah menjelang berbuka puasa dari seorang intelektual muda Islam, Mohamad Guntur Romli. Ketiga penanya menyoal permasalahan yang berbeda, ada yang memaparkan kecemasan akan adanya perselingkuhan ekonomi dan politik di Indonesia yang dapat memperkecil ruang industri kecil yang melibatkan perempuan, ada yang mengeluhkan lemahnya koordinasi antar pemerintah provinsi dan daerah perbatasan yang telah memperbesar potensi kejahatan perdagangan manusia, bahkan ada yang mengungkapkan keterlibatan salah satu partai politik dalam perumusan naskah akademik pemerintah daerah terkait pengarusutamaan gender.
Selesainya sesi tausiah dari Mohamad Guntur Romli yang membahas posisi perempuan di ruang publik dan rehabilitasi penafsiran beberapa ayat kitab suci Al-Qur’an yang dianggap misoginis, kemudian acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama dan ramah-tamah antar anggota Sahabat Jurnal Perempuan. Sahabat Jurnal Perempuan Gathering pada hari itu menjadi lebih istimewa dengan banyaknya tokoh perempuan yang hadir, antara lain Ibu Ratu Hemas, Saparinah Sadli, Syamsiah Ahmad, Mayling Oey, Oki Madasari, Manneke Budiman, dan lainnya.
Sungguh suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri karya serta perjalanan Jurnal Perempuan mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat Indonesia. Sebagaimana ungkapan Gadis Arivia dalam pidatonya, “Menulis adalah senjata kami, pena adalah goresan hati kami, jurnal adalah persembahan kami untuk bangsa ini”. Terimakasih atas kesetiaan dan kepedulian dari para pembaca dan Sahabat Jurnal Perempuan di seluruh Indonesia.
Salam pencerahan dan kesetaraan!
Ditulis oleh: Wara Aninditari Larascintya Habsari
(Sahabat Jurnal Perempuan Gathering Ke-4 dan Perayaan Ulang Tahun Ke-17 Jurnal Perempuan)
“Selamat ulang tahun Jurnal Perempuan. 17 tahun tentu bukan hal yang mudah untuk tetap berdiri di atas idealisme guna memperjuangan hak-hak perempuan Indonesia.”
Demikian pertanyaan Ibu Linda Amalia Sari Gumelar, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, dalam acara Sahabat Jurnal Perempuan Gathering ke-4 di kediamannya. Hari itu merupakan momentum spesial tak hanya karena pertama kalinya Sahabat Jurnal Perempuan Gathering mengusung konsep acara buka puasa bersama, tetapi juga karena bertepatan dengan hari jadi Jurnal Perempuan yang ke-17.
Acara yang diselenggarakan pada Kamis, 25 Juli 2013 lalu, mengusung tema “Perempuan dan Tata Pemerintahan”. Mariana Amiruddin, selaku Direktur Eksekutif sekaligus Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan dalam kesempatannya memberi sambutan, juga membacakan pidato dari Gadis Arivia Pendiri Yayasan Jurnal Perempuan tentang perjalanan Jurnal Perempuan. Kemudian Deedee Achriani, Wakil Direktur Jurnal Perempuan, menyajikan data jumlah Sahabat Jurnal Perempuan, yang kini mencapai angka 382 individu dan satu perusahaan. Sahabat Jurnal Perempuan merupakan gerakan untuk mendukung penerbitan Jurnal Perempuan, yang dibentuk tahun 2008. Tahun ini, Jurnal Perempuan meluncurkan sebuah program baru, yakni Beasiswa Jurnal Perempuan guna membantu kesetaraan perempuan Indonesia dalam mengakses pendidikan.
Pada diskusi kali itu, Ibu Linda Amalia Sari memaparkan berbagai upaya yang telah dilakukan dan kendala yang dialami oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) dalam sekitar empat tahun kebelakang. Diketahuilah bahwa dari tiga poin pengarusutamaan yang diusung oleh pemerintah, hanya dua diantaranya yang sering digaungkan baik di masyarakat maupun dalam rapat-rapat terkait tata kelola pemerintahan RI, yakni pengarusutamaan reformasi birokrasi dan pembangunan berkelanjutan. Pengarusutamaan gender, sebagai fokus KPP-PA belum menjadi fokus gerakan bersama, walau nyatanya telah didorong melalui ratifikasi dari berbagai kebijakan internasional. Hal ini, menurut Ibu Linda Amalia Sari, menunjukkan bahwa isu perempuan belum terlalu populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Selama ini, KPP-PA telah mendorong upaya pengarusutamaan gender di pemerintahan sendiri, yakni dengan mengadvokasi diaplikasikannya anggaran responsif gender di setiap instansi pemerintahan, baik pusat maupun daerah. Hingga kini, setidaknya telah tercatat ada empat kementerian dan sepuluh provinsi di Indonesia yang mengaplikasikan anggaran responsif gender. Hal lainnya yang telah dilakukan KPP-PA guna meningkatkan kesadaran pemerintah akan pentingnya pengarusutamaan gender adalah dengan mengupayakan keseimbangan jumlah pegawai atau pejabat perempuan dan laki-laki di lembaga-lembaga pemerintahan.
Sayangnya semangat pengarusutamaan gender tidak dapat berjalan optimal, mengingat tupoksi (tugas pokok dan fungsi) dari KPP-PA hanya terbatas pada lingkup advokasi dan sosialisasi, tidak pada aspek implementasi kebijakan. Kendala lainnya yang dihadapi oleh KPP-PA adalah pergantian pejabat yang dirasa sangat cepat, beberapa penempatan SDM yang tidak berdasarkan keahliannya, serta perubahan beberapa nomenklatur terkait anak dan perempuan. Dengan ini, Ibu Linda Amalia Sari Gumelar berharap pengarusutamaan gender tak hanya digaungkan oleh KPP-PA tetapi juga didukung oleh pemerintah serta masyarakat umum, serta LSM-LSM yang berfokus pada isu perempuan pada khususnya.
Setelah sesi sharing dari Ibu Linda Amalia Sari Gumelar, diskusi kali itu membuka sesi pertanyaan yang hanya dapat menampung tiga penanya, mengingat akan adanya tausiah menjelang berbuka puasa dari seorang intelektual muda Islam, Mohamad Guntur Romli. Ketiga penanya menyoal permasalahan yang berbeda, ada yang memaparkan kecemasan akan adanya perselingkuhan ekonomi dan politik di Indonesia yang dapat memperkecil ruang industri kecil yang melibatkan perempuan, ada yang mengeluhkan lemahnya koordinasi antar pemerintah provinsi dan daerah perbatasan yang telah memperbesar potensi kejahatan perdagangan manusia, bahkan ada yang mengungkapkan keterlibatan salah satu partai politik dalam perumusan naskah akademik pemerintah daerah terkait pengarusutamaan gender.
Selesainya sesi tausiah dari Mohamad Guntur Romli yang membahas posisi perempuan di ruang publik dan rehabilitasi penafsiran beberapa ayat kitab suci Al-Qur’an yang dianggap misoginis, kemudian acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama dan ramah-tamah antar anggota Sahabat Jurnal Perempuan. Sahabat Jurnal Perempuan Gathering pada hari itu menjadi lebih istimewa dengan banyaknya tokoh perempuan yang hadir, antara lain Ibu Ratu Hemas, Saparinah Sadli, Syamsiah Ahmad, Mayling Oey, Oki Madasari, Manneke Budiman, dan lainnya.
Sungguh suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri karya serta perjalanan Jurnal Perempuan mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat Indonesia. Sebagaimana ungkapan Gadis Arivia dalam pidatonya, “Menulis adalah senjata kami, pena adalah goresan hati kami, jurnal adalah persembahan kami untuk bangsa ini”. Terimakasih atas kesetiaan dan kepedulian dari para pembaca dan Sahabat Jurnal Perempuan di seluruh Indonesia.
Salam pencerahan dan kesetaraan!
Ditulis oleh: Wara Aninditari Larascintya Habsari