Konferensi Internasional Feminisme:
Identitas Intersekting, Agensi dan Politik
(Dalam Rangka 20 Tahun Jurnal Perempuan)
Jakarta, 22-24 September 2016
Latar Belakang
Istilah feminisme seringkali dikonotasikan negatif terutama di Indonesia. Padahal istilah feminisme mengacu pada aktivisme politik yang dilakukan oleh perempuan atas nama perempuan. Feminisme mempersoalkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan serta menuntut perubahan. bell hooks membahasakannya sebagai pergerakan perempuan untuk mengakhiri penindasan terhadap perempuan (hooks, 2000:26). Sedangkan teori feminisme merupakan alat intelektual untuk memeriksa ketidakadilan yang dialami perempuan dan merupakan badan pengetahuan yang dapat membantu kehidupan perempuan sehari-hari. Misalnya, teori-teori feminis merespon pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Mengapa dan bagaimana perempuan tersubordinasi? Bagaimana kita memahami suatu kejadian khusus yang barangkali bagian dari penindasan sosial atas dasar jenis kelamin, dan bukan karena suatu kebetulan? Bagaimana kita dapat memastikan bahwa kita memiliki pemahaman yang jelas bahwa situasi tersebut adalah karena penindasan? Bagaimana perempuan dapat menolak subordinasi? Bagaimana kita bekerja untuk perubahan yang dapat memajukan kehidupan perempuan? (McCann,et al (ed), 2003:1-2).
Para feminis memahami makna perempuan dengan kritis. Mereka tidak melihat perempuan sekedar jenis kelamin (sex) akan tetapi melihat adanya konstruksi sosial (gender). Namun para feminis juga memahami perempuan dengan beragam, yaitu, bukan saja dalam tingkat “global” yang seringkali diasosiasikan dengan feminisme Barat, akan tetapi juga “lokal” yaitu adanya partikularisme, provinsialisme atau cara pandang Dunia ke-3 (Basu, 2000). Penggunaan istilah global dapat pula diartikan transnasional dalam pengertian sebagai gerakan, ide dan sumber daya yang melampaui batasan negara. Basu lebih lanjut menjelaskan feminisme transnasional sebagai bentuk aliansi global dalam kampanye berbasis isu dan membentuk “global civil society.” Aktivisme transnasional dapat terlihat jelas dalam kampanye CEDAW (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) di tahun 1979.
Seluruh diskusi yang dibahas di atas merupakan elaborasi tentang apa yang dihadapi di Indonesia saat ini. Bahwa ada kegelisahan antara feminisme global dan lokal meski diakui bahwa pergerakan transnasional sangat membantu dalam melakukan advokasi bersama seperti trafficking, kekerasan terhadap perempuan, dan lain sebagainya. Di era internet apa yang terjadi di India misalnya dalam soal perkosaan dan juga penembakan Malala Yousafzai di Pakistan, menyatukan gerakan perempuan sedunia. Bersamaan dengan itu pula ada ketegangan lain yang muncul dalam budaya lokalitas itu sendiri seperti praktek-praktek tradisi yang merugikan perempuan. Dalam semangat otonomi daerah, peraturan-peraturan daerah justru tidak menguntungkan perempuan apalagi bila peraturan-peraturan tersebut dinafasi dengan agama fundamentalis yang intoleran terhadap perempuan.
Maka tidak heran bahwa kebijakan-kebijakan yang disusun di dalam ranah publik juga mengandung diskriminasi. Budaya patriarki dan fundamentalisme agama memojokkan perempuan dan bila ditambah dengan suara feminis dunia ke-3 yang tidak terdengar di dalam wacana global (atau dikonstruksi secara dominan oleh Barat) maka feminis dunia ke-3 tersunyikan.
Dalam rangka 20 tahun Jurnal Perempuan, yang jatuh pada bulan September 2016, Jurnal Perempuan ingin mengangkat pertanyaan tentang perbedaan (difference) antara perempuan dan identitas intersekting serta dimensi dominasi yang membentuk kehidupan perempuan. Jurnal Perempuan ingin mengeksplorasi pengalaman berbeda antara perempuan, seksisme, homofobia, identitas nasional dan global, dan ingin memahami multisiplitas identitas perempuan yang dinegosiasikan setiap hari.
Jurnal Perempuan dilahirkan pada tahun 1996, sebagai jurnal feminis satu-satunya yang berdiri secara independen, memiliki dukungan yang besar (Sahabat Jurnal Perempuan) dari berbagai daerah di Indonesia dan selama tiga tahun ini juga telah meraih Sahabat Jurnal Perempuan di luar negeri melalui IFJ- Indonesian Feminist Journal yang terbit dalam bahasa Inggris. Ulang tahun ke 20 Jurnal Perempuan dipersembahkan untuk para Sahabat Jurnal Perempuan dari berbagai lini misalnya LSM, pemerintahan, parlemen lokal dan nasional, mahasiswa, akademisi, profesional, ibu rumah tangga dan pria feminis yang bergabung dalam gerakan Jurnal Perempuan.
Tujuan
Para feminis memahami makna perempuan dengan kritis. Mereka tidak melihat perempuan sekedar jenis kelamin (sex) akan tetapi melihat adanya konstruksi sosial (gender). Namun para feminis juga memahami perempuan dengan beragam, yaitu, bukan saja dalam tingkat “global” yang seringkali diasosiasikan dengan feminisme Barat, akan tetapi juga “lokal” yaitu adanya partikularisme, provinsialisme atau cara pandang Dunia ke-3 (Basu, 2000). Penggunaan istilah global dapat pula diartikan transnasional dalam pengertian sebagai gerakan, ide dan sumber daya yang melampaui batasan negara. Basu lebih lanjut menjelaskan feminisme transnasional sebagai bentuk aliansi global dalam kampanye berbasis isu dan membentuk “global civil society.” Aktivisme transnasional dapat terlihat jelas dalam kampanye CEDAW (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) di tahun 1979.
Seluruh diskusi yang dibahas di atas merupakan elaborasi tentang apa yang dihadapi di Indonesia saat ini. Bahwa ada kegelisahan antara feminisme global dan lokal meski diakui bahwa pergerakan transnasional sangat membantu dalam melakukan advokasi bersama seperti trafficking, kekerasan terhadap perempuan, dan lain sebagainya. Di era internet apa yang terjadi di India misalnya dalam soal perkosaan dan juga penembakan Malala Yousafzai di Pakistan, menyatukan gerakan perempuan sedunia. Bersamaan dengan itu pula ada ketegangan lain yang muncul dalam budaya lokalitas itu sendiri seperti praktek-praktek tradisi yang merugikan perempuan. Dalam semangat otonomi daerah, peraturan-peraturan daerah justru tidak menguntungkan perempuan apalagi bila peraturan-peraturan tersebut dinafasi dengan agama fundamentalis yang intoleran terhadap perempuan.
Maka tidak heran bahwa kebijakan-kebijakan yang disusun di dalam ranah publik juga mengandung diskriminasi. Budaya patriarki dan fundamentalisme agama memojokkan perempuan dan bila ditambah dengan suara feminis dunia ke-3 yang tidak terdengar di dalam wacana global (atau dikonstruksi secara dominan oleh Barat) maka feminis dunia ke-3 tersunyikan.
Dalam rangka 20 tahun Jurnal Perempuan, yang jatuh pada bulan September 2016, Jurnal Perempuan ingin mengangkat pertanyaan tentang perbedaan (difference) antara perempuan dan identitas intersekting serta dimensi dominasi yang membentuk kehidupan perempuan. Jurnal Perempuan ingin mengeksplorasi pengalaman berbeda antara perempuan, seksisme, homofobia, identitas nasional dan global, dan ingin memahami multisiplitas identitas perempuan yang dinegosiasikan setiap hari.
Jurnal Perempuan dilahirkan pada tahun 1996, sebagai jurnal feminis satu-satunya yang berdiri secara independen, memiliki dukungan yang besar (Sahabat Jurnal Perempuan) dari berbagai daerah di Indonesia dan selama tiga tahun ini juga telah meraih Sahabat Jurnal Perempuan di luar negeri melalui IFJ- Indonesian Feminist Journal yang terbit dalam bahasa Inggris. Ulang tahun ke 20 Jurnal Perempuan dipersembahkan untuk para Sahabat Jurnal Perempuan dari berbagai lini misalnya LSM, pemerintahan, parlemen lokal dan nasional, mahasiswa, akademisi, profesional, ibu rumah tangga dan pria feminis yang bergabung dalam gerakan Jurnal Perempuan.
Tujuan
- Untuk merayakan Ulang Tahun JP 20 tahun
- Untuk mengeksplotasi feminisme di Indonsia dan mendiskusikan pengaruhnya atas kehidupan perempuan
- Untuk menjalin network feminis baik secara nasional dan internasional untuk kesetaraan
Undangan Menulis
Penulis diundang untuk berkontribusi menuliskan ide dan pengalaman mereka dan mempresentasikan dalam konferensi. Makalah yang dikumpulkan akan dipublikasikan dalam Indonesian Feminist Journal (IFJ) untuk naskah berbahasa Inggris dan Jurnal Perempuan (JP) untuk naskah berbahasa Indonesia.
Tema
- Agama, Tradisi, dan Feminisme
- Kebijakan Publik berperspektik Feminis
- Seksualitas, Tubuh dan Hak Reproduksi
- Keadilan untuk Queer
- Feminisme Lokal,Global dan Transnasional di Abad 21
- Buruh dan Pekerjaan
- Laki-laki Feminis
Tanggal Penting
Tenggat registrasi : 5 Juni 2016
Notifikasi penerimaan abstrak : 20 Juni 2016
Pengumpulan Makalah : 20 Juli 2016
Notifikasi penerimaan naskah : 20 Agustus 2016
Notifikasi penerimaan abstrak : 20 Juni 2016
Pengumpulan Makalah : 20 Juli 2016
Notifikasi penerimaan naskah : 20 Agustus 2016
Biaya Pendaftaran
Untuk peserta dari Indonesia:
Jika anda belum menjadi Sahabat Jurnal Perempuan (SJP), silahkan menuju link http://www.jurnalperempuan.org/sahabat-jurnal-perempuan.html dan mendaftarlah untuk menjadi SJP atau menuliskan email ke [email protected], hubungi Sdr. Ima, HP:081807124295. Semua anggota SJP mendapatkan dukungan akomodasi 3 malam 4 hari dari penyelenggara. Tiket perjalanan tidak ditanggung oleh penyelenggara. Pendaftaran awal: sebelum 1 Mei 2016: Rp. 50,000 dan setelah 1 Mei: Rp 100,000
Untuk peserta internasional:
Peserta internasional tidak perlu menjadi SJP (Sahabat Jurnal Perempuan). Pendaftaran awal sebelum 1 Mei 2016: Rp.50,000 dan setelah 1 Mei 2016: Rp.100,000 Semua peserta mendapatkan dukungan akomodasi 3 malam 4 hari dari penyelenggara. Tiket perjalanan tidak ditanggung oleh penyelenggara.
Jika anda belum menjadi Sahabat Jurnal Perempuan (SJP), silahkan menuju link http://www.jurnalperempuan.org/sahabat-jurnal-perempuan.html dan mendaftarlah untuk menjadi SJP atau menuliskan email ke [email protected], hubungi Sdr. Ima, HP:081807124295. Semua anggota SJP mendapatkan dukungan akomodasi 3 malam 4 hari dari penyelenggara. Tiket perjalanan tidak ditanggung oleh penyelenggara. Pendaftaran awal: sebelum 1 Mei 2016: Rp. 50,000 dan setelah 1 Mei: Rp 100,000
Untuk peserta internasional:
Peserta internasional tidak perlu menjadi SJP (Sahabat Jurnal Perempuan). Pendaftaran awal sebelum 1 Mei 2016: Rp.50,000 dan setelah 1 Mei 2016: Rp.100,000 Semua peserta mendapatkan dukungan akomodasi 3 malam 4 hari dari penyelenggara. Tiket perjalanan tidak ditanggung oleh penyelenggara.
Jadwal Acara
Kamis, Jumat, Sabtu 22-24 September 2016
Kamis, 22 September 2016 jam 19 (Makan Malam dan Ramah Tamah)
Jumat dan Sabtu, 23-24 September 2016 jam 9.00am-17 (Konferensi)
Jumat, 22 September 2016 jam 19-22 (Malam Budaya)
Sabtu, 23 Septmber jam 19-22.30 (Amigos-Musik)
Kamis, 22 September 2016 jam 19 (Makan Malam dan Ramah Tamah)
Jumat dan Sabtu, 23-24 September 2016 jam 9.00am-17 (Konferensi)
Jumat, 22 September 2016 jam 19-22 (Malam Budaya)
Sabtu, 23 Septmber jam 19-22.30 (Amigos-Musik)
Silakan hubungi
Anita Dhewy ([email protected]) untuk pengumpulan naskah.
Himah Sholihah ([email protected]) untuk acara dan Sahabat Jurnal Perempuan (SJP).
Anita Dhewy ([email protected]) untuk pengumpulan naskah.
Himah Sholihah ([email protected]) untuk acara dan Sahabat Jurnal Perempuan (SJP).
Lokasi
Hotel Arion Swiss-Belhotel International
Jl. Kemang Raya No.7
Kebayoran Baru, Jakarta, Indonesia
Note: Accomodation (3 nights and 4 days) and meals are provided by the organizer.
Jl. Kemang Raya No.7
Kebayoran Baru, Jakarta, Indonesia
Note: Accomodation (3 nights and 4 days) and meals are provided by the organizer.