Tuhan adalah pencipta langit dan bumi. Apapun yang ada di dunia ini semuanya milik Tuhan, begitu juga dengan waktu. Apabila Tuhan bertanya kepadaku: Apa yang kamu pilih, hidup yang sekarang atau hidup yang dulu? Aku pasti akan menjawab: hidupku yang dulu. Hidupku yang dulu jauh lebih bahagia daripada yang sekarang. Meskipun dulu juga banyak rintangan dan cobaan yang harus aku lalui. Seandainya waktu bisa diputar kembali, ingin sekali aku kembali ke sepuluh tahun yang lalu ketika aku berumur 17 tahun. Pada waktu itulah kenangan-kenangan indah terjadi, yang tidak bisa tergantikan oleh apapun. Setiap pagi pukul 4.30 pagi, papa sudah pergi ke pasar untuk jualan. Sedangkan aku bangun pukul 6.30 pagi. Sebelum mandi dan pergi bekerja, banyak tugas rumah yang menumpuk telah menunggu untuk aku kerjakan. Aku hanya tinggal sama papa. Sedangkan mama kerja di Taiwan. Mau atau tidak mau semua pekerjaan rumah aku yang kerjakan. Sebelum aku mulai beres-beres, paling enak menyalakan musik terlebih dahulu agar di rumah terasa tidak terlalu sepi dan aku jadi tambah semangat. Setelah selesai beres-beres waktunya aku mandi dan bergegas pergi bekerja. Aku bekerja di toko sepatu dari pukul 9.00 pagi hingga pukul 9.00 malam. Waktu dan hari yang terasa melelahkan. Tapi rasa lelahku akan hilang setelah teman-teman menjemputku. Setiap hari pukul 20.30 malam, teman-temanku yang kebanyakan adalah laki-laki itu datang untuk menjemputku. Tempat parkir di toko sampai penuh karena mereka yang datang. Bos aku pun sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu. Karena bosku juga termasuk atasan yang pengertian, ia langsung menyuruhku menutup toko. Sebelum pulang ke rumah, aku pasti menyempatkan untuk pergi nongkrong bersama teman-temanku di tongkrongan anak muda. Pemilik tongkrongan tersebut sangat ramah dan dia juga dekat dengan pengunjung yang datang. Dia pasti sudah menyiapkan tempat buat kami. Di hari minggu, aku dan teman-teman pasti berkumpul dan pergi jalan-jalan ke pantai, mendaki gunung, atau ke tempat karaoke, dari pagi hingga malam. Orang-orang sering bertanya kepadaku kenapa temannya laki-laki semua? Aku hanya menjawab karena laki-laki itu tidak cerewet, tidak biang gosip, dan tidak bikin pusing. Aku tidak peduli dengan pendapat orang yang bilang aku adalah perempuan nakal atau apapun itu. Karena berteman dengan mereka membuat aku bahagia. Mereka selalu ada buat aku di kala senang ataupun sedih. Mereka sudah seperti keluargaku sendiri yang bisa aku jadikan teman, sahabat, papa, dan juga pacar (pacar pura-pura kalau keadaan mendadak). Tidak terasa Hari Valentine sudah tiba. Orang-orang berbondong-bondong ke toko boneka, membeli kado untuk pacarnya atau untuk acara tukar kado dengan sahabatnya. Ada yang beli bunga, boneka, pajangan bola kristal, dan cokelat, begitu juga dengan aku. Masih ingat dalam memoriku saat aku berjalan menuju rumah sepulang kerja, ada seorang laki-laki dengan motor menyusul dari belakang. Di tangannya ada sepucuk bunga mawar merah dan diberikannya kepadaku. Ternyata laki-laki itu sahabatku. Bukan hanya itu yang aku terima. Aku menerima bunga-bunga lain yang berdatangan dari sahabat, mantan, sampai dari laki-laki yang dia-diam menyukai aku. Cokelat-cokelat juga menumpuk di lemari es, hingga aku mual melihatnya. Tapi yang paling indah adalah ketika malam Valentine ada teman laki-lakiku yang datang dan mengajakku jalan-jalan ke pantai. Aku berpikir dalam hati, mengapa temanku ini mau mengajakku ke pantai malam-malam. Ternyata dia tiba-tiba berlutut di hadapanku sambil memegang 1 rangkaian bunga mawar warna merah muda. Dia bertanya apakah aku mau menjadi pacarnya. Sangat manis, seperti pangeran di negeri dongeng. Tapi sayang sekali aku enggan mengambil tawarannya mengingat ia adalah mantan pacar temanku. Teman-temanku ini aneh. Setiap ada cowok yang mau mendekati aku, mereka pasti bertanya-tanya terlebih dahulu mengenai bibit, bebet, bobotnya. Mungkin mereka tidak mau melihat aku sedih dan hanya mau melihat aku bahagia. Kalau aku mau mendeskripsikan sahabatku melalui tulisan, tak cukup satu buku. Jika diceritakan pun bisa sampai seharian. Apabila suatu saat nanti Tuhan berikan aku kesempatan untuk berkumpul dengan mereka lagi, aku ingin mengatakan kalau aku sangat merindukan mereka. Aku ingin berterima kasih kepada mereka karena sudah berikan aku kenangan yang tak terlupakan. Kalian memang sahabat terbaikku. Aku belum bisa menemukan sahabat seperti kalian. Aku ingin kita seperti dulu lagi, bersama-sama menciptakan kenangan yang indah lagi seperti dulu. Aku sayang dan rindu kalian, sahabatku. Catatan: Tulisan ini merupakan hasil karya dari narapidana perempuan yang mengikuti kelas menulis #SURATPROJECT #SuaraPerempuanDariBalikSekat yang diselenggarakan oleh Jurnal Perempuan, LBH Masyarakat, Magdalene.co, dan Konde.co di dalam Lapas. Nama penulis yang tercantum adalah nama pena yang telah disetujui secara sadar oleh para Narapidana, dimana kami selaku penyelenggara program sebelumnya telah memberikan informasi dalam lembar persetujuan publikasi.
Comments are closed.
|
AuthorKumpulan Cerpen Archives
October 2024
Categories |