Oleh: Paoina Bara Pa Pasanglah telinga! Kata mereka tentang peranku Pasanglah mata! Melihat kebenaranku Kuyakin, tak sanggup jua kau kerjakan Tuduhan itu belenggu ketidakadilan Para puan, duduk berbagi
Bangun pagi-pagi menuju dapur, mengerjakan peran politik keluarga Masak, cuci, pikul air, siapkan makan, menyuap, Menemani makan, cari kayu api, bersihkan rumah, Rawat anak-anak, mertua, ipar-ipar, keponakan Mencari daun dan makanan ternak Sampai diriku lupa kuberi makan dan minum Mengejar waktu tuntaskan kerja Siang hari, kembali hal yang sama sampai malam Berputar tugas sehari, bulan dan tahun Melayani tusukan atas nama tugas, tanpa peduli kelelahanku Rasa pahit hatiku…atas tuduhan, kau kerja apa? Walau sakit, bangun kerjakan tugas dapur lalu tidur lagi, perintahmu Aku lapar dalam sakitku, Aku menangis mengharap layanan Bagi tubuh dan jiwa menahan beban Aku malu dengan tuduhan aku tak ada kerja Saat berbaring dalam sakit Di depan pintu kamar, kau berteriak sudah baik? Merayap ke dapur siapkan makanan orang sehat Mereka makan tanpa menyapaku dalam sakit Menyisakan piring-gelas kotor untukku Lalu pergi entah kemana, tapi dibungkus alasan mencari nafkah Lalu mereka datang dan bertanya, kerja apa saja? “Masak baru kau tidur lagi katanya” Terlalu kataku, sakit sekali, anggap tak ada harga karyaku Tanganmu melayang mendarati tubuhku berkali-kali Uangmu kau kuasai, menyuruhku kerja di pesta keluarga berhari-hari Atas nama istrimu Selingkuh lagi… Aku terkuras, terhisap atas nama kerja dan perawat keluarga Aku menangis dalam sunyi Entah bagaimana, aku tidak membalas demi cinta Tiap kau sakit, aku tak beranjak dari tempat tidurmu Membelai, menyuap, memijat, membersihkan tubuhmu Ku tanya diri, mengapa aku tak bisa marah dan membalas? Agama telah mengajariku melayani jauh lebih baik dari dilayani Penjaga tradisi mengamatiku tiap saat Para puan sadari beratnya beban Kristal putih deras mengalir Jadi perempuan tidaklah mudah! Jadi perempuan tidaklah mudah! Dan…rinduku dalam tanya, sampai kapan kau melakukannya? Sampai kapan pun dia tak paham… Aku merasa dalam kurungan beban kerja Membenam rindu kapan bisa merdeka? Mengecap kekebasan dengan ketrampilanku Aku memiliki uang, menjadi bos atas ekonomiku Spirit diri mengganggu dengan tanya Kapan kau keluar dari penjaramu? Menderaku dengan rasa sakit dan gila Air mata para puan membasahi wajah lagi Desahan napas legakan hati, di ruang sharing hari ini Aku lanjutkan pendidikan di kampus, tanpa ijin padanya Yang menyerangku dengan kuasanya Nanti kau menginjakku, protes rendah dirinya Dalam kepalan tangan keangkuhan Kulawan, sampai aku menyelesaikan kuliahku Mendapatkan pekerjaan sebagai guru honor Mendayakanku, mengakhiri hubungan dengannya Setuju akan gugatan cerai darinya Aku pun pamit pada penguasa Aku mau jualan di sekolah dasar Menjajakan pangan sehat dan bergizi Merasakan pahitnya suara anak-anak Aku lapar dan haus! Tanpa uang jajan…. Belas kasih membuat ilmu datangku terkulai Aku berarti dan berharga bagi dunia! Tegasnya Para puan, mengusulkan Pendidikan puan pilihan Mempersiapakan pendidikan setara bagi laki dan perempuan Ruang kelas pribadiku… Benih keadilan dan kesetaraan Menabur dalam kelas rumah tangga Melawan penjaga kekerasan tidak mudah Mulut mereka berbengkok Mata mereka bersinar aneh Tubuh mereka mogok agar aku menyerah Aku siap berperang dengan para penjaga tradisi Kebenaranku diharga bagi keadilan generasiku *** Lasiana, 7 November 2023 Jam 5:30 WITA, saat masak. Comments are closed.
|
AuthorKumpulan Cerpen Archives
October 2024
Categories |