Apa konsep anda tentang “filsafat”? Ini pertanyaan ringkas yang berimplikasi panjang. Artinya, dengan merumuskan satu proposisi, anda akan dibawa ke dalam sejumlah konsekuensi. Yaitu konsekuensi epistemik, etik dan politik. Saya membayangkan sejumlah opsi. Umumnya, secara intuitif anda menyebut “kritisisme” sebagai konsep utama filsafat. Dari situ sejumlah istilah metodis muncul: skeptisisme, dekonstruksi, paralogi, dst. Atau, anda memilih cara berpikir “in-the-making” untuk mengamankan filsafat dari potensi fanatisme. Dari situ tercipta sejumlah istilah anggun: posmodernisme, linguistic turn, animal liberation, dst. Juga ada opsi evaluatif, yaitu anda menjadikan filsafat sebagai ruang kontemplasi temporer untuk sesekali bertanya tentang status keyakinan permanen anda. Tetapi apapun konsep anda tentang filsafat, konsekuensinyalah yang sebetulnya diujikan pada konsep itu. Artinya, memegang suatu “sinopsis” tentang filsafat, menuntut pertanggung-jawaban epistemik, etik dan politik. Tentu tak bertanggung jawab bila anda seorang environmentalis tetapi sekaligus hidup dengan mengeksploitasi hirarki politik dalam relasi kolegial. Atau bila anda seorang epistemisi tetapi bersekongkol mendukung kepongahan kebodohan yang kasat mata. Atau bila anda seorang etikus tapi menikmati oportunisme dalam permainan birokrasi kampus. Merumuskan filsafat sebagai pilihan profesional, berarti mengerti makna primer dari konsep “profesionalisme”. Profesi bukan konsep teknis, seperti yang kini umum dipahami. Profesi bukan tentang keahlian yang “teknis”, melainkan tentang keahlian yang “etis”. Itulah sebabnya, menjalankan profesi artinya mengambil tanggung jawab etis. Ketika anda memilih filsafat sebagai profesi, maka seluruh kondisi etis dipertaruhkan maksimal karena justru dengan mengklaim “kritisisme” anda diminta menghasilkan “yang baru”. Pada titik itu berfilsafat adalah tindakan produktif. Ketika anda diuji berfilsafat, , anda sebetulnya diajak untuk melepaskan konservatisme. Tetapi justru itu persoalannya: kenikmatan dan kepentingan adalah alasan yang membius perubahan. Konservatisme adalah patriarkisme tertinggi. Bila hari ini ditanyakan soal di atas: Apa konsep anda tentang filsafat? Saya menjawabnya singkat: “Feminisme”. Ya, pada feminisme saya melihat perjuangan epistemik yang panjang, pertahanan etik yang tak kenal lelah dan upaya keadilan yang radikal. Feminisme adalah filsafat yang menggairahkan perubahan. Selamat Hari Perempuan Sedunia. Comments are closed.
|
AuthorDewan Redaksi JP, Redaksi JP, pemerhati masalah perempuan Jurnal Perempuan terindeks di:
Archives
July 2018
|